Hampir disetiap hari selasa dan
rabu aku selalu antar-jemput, siang hari sepulang kuliah setelah aku
melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim, aku selalu bercengkrama dengan
keluargaku ada Ibu, Bapak, kakak perempuanku (Neng), kakak laki-lakiku (Cak), dan
juga keponakan-keponakanku yang lucu, maklum kamikan keluarga besar seperti
yang kukatakan dalam tulisan sebelumnya, dalam kebersamaan itu kami
bercandagurau menceritakan pengalaman yang dialami, mulai dari masalah pribadi,
masalah Agama, dan yang pasti masalah orang lain juga hehe,,
Ketika kami mulai asyik dengan
canda dan tawa sehingga suasa terasa hangat, diselah-selah itu terdengar bunyi
telepon genggam milik kakak perampuanku sebut saja (Nengfa), dalam hati aku
berkata “wah ini pertanda” pertanda bahwa aku harus menjemput kakak perempuanku
yang satu lagi namanya (Nengda), dan benarlah dugaanku dari balik telepon
genggam itu terdengar suara yang tak asing bagiku dan berkata dalam bahasa jawa
“susul aku yo nang panggon biasa e” jika diartikan dalam bahasa indonesia
menjadi “jemput aku ya ditempat biasanya”, dan itu adalah suara Nengda, setiap
kali nengda menelpon selalu berkata seperti itu dan jawaban nengfa pun selalu
sama “Ngapunten niki sinten, Maaf salah sambung” candanya,, seketika itu semua
saudaraku yang lain tertawa, dan nengda pun sudah faham betul kalu itu hanya
sekedar canda karena terlalu sering kejadian ini terulang.
Kemudian aku beranjak pergi
berkendara motor untuk menjemput nengda yang baru pulang dari bekerja disalah
satu pabrik rokok ternama di Surabaya, ku jemput ditempat biasanya (disebuah
jalan dekat gedung Telkom) ketika aku sampai disana nengda selalu dalam posisi
duduk ditrotoar jalan terkadang sambil membawa banyak barang belanjaan dan
terkadang tidak, ketika nengda tidak membawa barang belanjaan, dalam perjalanan
pulang dia selalu menyuruhku berhenti disebuah supermarket yang kami lewati,
disitu dia selalu berbelanja kebutuhan sehari-hari namun untuk melengkapi
kebutuhan sehari-hari dalam belanjanya kali ini cukup mengherankanku, entah
karena sifat keibuannya atau memang kesukaan kaum perempuan yang dalam
berbelanja selalu mengejar potongan harga.
Disupermarket tersebut sedang ada
promo sebuah barang, yang memang barang itu adalah salah satu kesukaan kakak
iparku (suami nengda), namun syarat dalam promo tersebut adalah jika pembelian
barang belanjaan harganya lebih dari Rp. 40.000 baru bisa mendapat potongan
untuk barang yang dipromokan, hanya untuk mendapat potongan tersebut nengda
mengusahakan belanja barang-barang kebutuhan yang sebenarnya tidak ia butuhkan,
jadi terkesan memaksa jika kulihat dari kacamataku J
Entah barang apa saja yang ia
beli, ketika selesai berbelanja kami keluar dari supermarket tersebut, nengda
selalu mengecek struk belanja dan meneliti satu persatu daftar harganya, dan
aku adiknya yang bertugas membawa barang belanjaannya,,, setelah selesai
mengoreksi sruk tersebut nengda merasa tidak puas dengan potongan harga yang
ada dalam struk karena terlalu sedikit dan tidak seperti yang dipromokan, dan
ku katakan padanya “apa kita harus complain?” nengda menjawab “tidak usah!”
dengan ekspresi wajah penuh kecewa,, hemmmmh alhasil sebagai adik aku pun
takbisa berbuat apa-apa hanya bisa mengambil pelajaran kehidupan disitu,
menurutku janganlah kita terlena akan potongan harga hehehe,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar