Senin, 28 Januari 2013

Antar-Jemput

Hampir disetiap hari selasa dan rabu aku selalu antar-jemput, siang hari sepulang kuliah setelah aku melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslim, aku selalu bercengkrama dengan keluargaku ada Ibu, Bapak, kakak perempuanku (Neng), kakak laki-lakiku (Cak), dan juga keponakan-keponakanku yang lucu, maklum kamikan keluarga besar seperti yang kukatakan dalam tulisan sebelumnya, dalam kebersamaan itu kami bercandagurau menceritakan pengalaman yang dialami, mulai dari masalah pribadi, masalah Agama, dan yang pasti masalah orang lain juga hehe,,
Ketika kami mulai asyik dengan canda dan tawa sehingga suasa terasa hangat, diselah-selah itu terdengar bunyi telepon genggam milik kakak perampuanku sebut saja (Nengfa), dalam hati aku berkata “wah ini pertanda” pertanda bahwa aku harus menjemput kakak perempuanku yang satu lagi namanya (Nengda), dan benarlah dugaanku dari balik telepon genggam itu terdengar suara yang tak asing bagiku dan berkata dalam bahasa jawa “susul aku yo nang panggon biasa e” jika diartikan dalam bahasa indonesia menjadi “jemput aku ya ditempat biasanya”, dan itu adalah suara Nengda, setiap kali nengda menelpon selalu berkata seperti itu dan jawaban nengfa pun selalu sama “Ngapunten niki sinten, Maaf salah sambung” candanya,, seketika itu semua saudaraku yang lain tertawa, dan nengda pun sudah faham betul kalu itu hanya sekedar canda karena terlalu sering kejadian ini terulang.
Kemudian aku beranjak pergi berkendara motor untuk menjemput nengda yang baru pulang dari bekerja disalah satu pabrik rokok ternama di Surabaya, ku jemput ditempat biasanya (disebuah jalan dekat gedung Telkom) ketika aku sampai disana nengda selalu dalam posisi duduk ditrotoar jalan terkadang sambil membawa banyak barang belanjaan dan terkadang tidak, ketika nengda tidak membawa barang belanjaan, dalam perjalanan pulang dia selalu menyuruhku berhenti disebuah supermarket yang kami lewati, disitu dia selalu berbelanja kebutuhan sehari-hari namun untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari dalam belanjanya kali ini cukup mengherankanku, entah karena sifat keibuannya atau memang kesukaan kaum perempuan yang dalam berbelanja selalu mengejar potongan harga.
Disupermarket tersebut sedang ada promo sebuah barang, yang memang barang itu adalah salah satu kesukaan kakak iparku (suami nengda), namun syarat dalam promo tersebut adalah jika pembelian barang belanjaan harganya lebih dari Rp. 40.000 baru bisa mendapat potongan untuk barang yang dipromokan, hanya untuk mendapat potongan tersebut nengda mengusahakan belanja barang-barang kebutuhan yang sebenarnya tidak ia butuhkan, jadi terkesan memaksa jika kulihat dari kacamataku J
Entah barang apa saja yang ia beli, ketika selesai berbelanja kami keluar dari supermarket tersebut, nengda selalu mengecek struk belanja dan meneliti satu persatu daftar harganya, dan aku adiknya yang bertugas membawa barang belanjaannya,,, setelah selesai mengoreksi sruk tersebut nengda merasa tidak puas dengan potongan harga yang ada dalam struk karena terlalu sedikit dan tidak seperti yang dipromokan, dan ku katakan padanya “apa kita harus complain?” nengda menjawab “tidak usah!” dengan ekspresi wajah penuh kecewa,, hemmmmh alhasil sebagai adik aku pun takbisa berbuat apa-apa hanya bisa mengambil pelajaran kehidupan disitu, menurutku janganlah kita terlena akan potongan harga hehehe,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar